Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Saw wafat,
hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq R.a telah di lanjutkan
kepada Khalifah Umar R.a.
Ketika Umar R.a menjabat sebagai Amirul Mukminin, khalifah Umar R.a teringat akan sabda Nabi Muhammad Saw tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali R.a untuk mencarinya bersama-sama.
Ketika Umar R.a menjabat sebagai Amirul Mukminin, khalifah Umar R.a teringat akan sabda Nabi Muhammad Saw tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali R.a untuk mencarinya bersama-sama.
Sejak
saat itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara
kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi
sampai-sampai ia dicari oleh khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan sayyidina
Ali R.a.
Suatu
ketika ada rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam datang dan pergi silih
berganti, membawa barang dagangan mereka.
Mereka
bertanya kepada para rombongan kafilah dari Yaman di Baitullah,
“Apakah di
antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?”
“Ada,”
jawab mereka.
Umar
R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”
Mereka
menjawab tanpa mengetahui derajad Uwais al Qarni, “Kami meninggalkannya dalam
keadaan miskin harta benda dan pakaiannya telah usang.”
Umar
R.a berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw pernah
bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun kepada Allah Swt untuk
kalian, Lakukanlah…!”
Mendengar
jawaban itu, khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan sayyidina Ali R.a bergegas
pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar R.a dan sayyidina Ali R.a memberi salam. Namun rupanya Uwais
al Qarni sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais
menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Lalu Khalifah Umar
R.a bermaksud hendak memastikannya terlebih dahulu,
Lantas
beliau bertanya
“Siapakah namamu wahai saudaraku ?” Tanya Umar R.a
“Abdullah”,
jawab Uwais al Qarni.
Mendengar
jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah,
yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”
Uwais
kemudian berkata: “Anda berdua sebetulnya siapa?”
"Kami
ini Amirul Mu’minin Umar bin Al- Khottob dan ini Ali”
Ketika
itu barulah Uwais al Qarni kemudian berkata:
“Nama saya Uwais al-Qorni”.
Umar
R.a melanjutkan, “Darimana kamu berasal..?”
“Dari
Yaman” Jawab Uwais al Qarni
Kamu
berasal dari Yaman daerah mana?’
Dia
menjawab, “Dari Qarn.”
“Tepatnya
dari kabilah mana?” Tanya Umar R.a.
Dia
menjawab, “Dari kabilah Murad.”
Umar
R.a bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”
“Ayahku
telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.
Umar
R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’
Uwais
al Qarniberkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”
Dalam
pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais al Qarni telah meninggal
dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang
saat itu.
“Apakah
engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar R.a.
“Iya.
Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdo’a kepada Allah Swt sehingga
saya diberi kesembuhan.” Jawab Uwais al Qarni
Umar
R.a bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”
Dia
menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.”
Dia
memperlihatkan lengannya kepada Umar R.a. Ketika Umar R.a melihat hal tersebut,
maka dia langsung memeluknya seraya berkata,
“Engkaulah orang yang diceritakan
oleh Rasulullah Saw. Mohonkanlah ampun kepada Allah Swt untukku!”
Uwais
al Qarni enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus
meminta do’a dan Istighfar kepada kalian”.
Mendengar
perkataan Uwais al Qarni, Khalifah berkata:
“Kami datang kesini atas wasiat
dari Rasulullah Saw untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.
Uwais
menjawab: “Do’aku bukan hanya untuk kalian berdua, namun untuk seluruh penghuni
alam”.
Karena
desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya,
berdo’a dan membacakan istighfar bagi kedua sahabat tersebut.
Selanjutnya
Umar R.a bertanya kepadanya mengenai kemana arah tujuannya setelah perjalanan
ini.
Dia
menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”
Setelah
itu Khalifah Umar R.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
kepada Uwais al Qarni untuk jaminan hidupnya.
Segera
saja Uwais al Qarni menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon
kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Untuk
hari-hari selanjutnya biarkanlah hamba yang fakir ini berjalan di tengah lalu
lalang banyak orang tanpa dipedulikan atau diketahui orang.”
SUBHANALLAH
….
Ternyata
beliau tak terkenal di bumi , tapi terkenal di langit….
Semoga
kita mampu memetik hikmah dan teladan atas kisah ketakwaan ini.
No comments:
Post a Comment