Bukti seseorang merasa memiliki Islam, meyakini kebenaran Islam, dan bahwa Islam menjadi darah dagingnya adalah ketika ia memiliki kepedulian terhadapnya, ada pembelaan terhadapnya, ada pengorbanan untuknya, dan ada upaya untuk memperjuangkannya. Dirinya tidak mungkin rela menjadi 'muslim pasif'.
Buktikan Islammu!
Kepedulian dibuktikan dengan keseriusannya untuk mendalami Islam dan cabang-cabang ilmunya. Lembaran sejarah dipenuhi oleh kisah kegigihan para ulama dalam mencari ilmu, sejak pertama terkena sentuhan Islam. Seperti Jabir bin Abdillah yang rela menempuh satu bulan perjalanan untuk mengecek keakuratan satu hadits.
"Sedangkan pembelaan terhadap Islam dibuktikan dengan ghirahnya (semangatnya)."
Ia tidak rela Islam dicela, tidak akan membiarkan orang-orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya. Meskipun ia harus berhadapan dengan keluarga terdekatnya. Seperti Abdullah bin Abdullah bin Ubay, ketika mendengar ayahnya telah mencela Nabi sebagai orang yang hina, sedangkan dirinya orang yang mulia, maka ia cegat ayahnya saat masuk Madinah. Beliau berkata kepada ayahnya, "Aku tidak akan membiarkanmu memasuki Madinah, sebelum mengatakan bahwa Nabi adalah orang yang mulia dan bapak adalah orang yang hina." (Tafsir Ibnu Katsir: IV/734)
Tentang pengorbanan dan perjuangan untuk Islam, shahabat Mush'ab bin Umair menjadi teladan yang luar biasa. Sejak masuk Islam penampilannya berubah drastis, tadinya seorang pemuda yang glamour, suka bermewah-mewahan, mendadak harus mengenakan pakaian paling kasar, karena orang tuanya yang kaya raya tak sudi lagi menganggapnya sebagai anak. Beliau juga menyanggupkan diri membuka lahan dakwah di Madinah, hingga Allah memberkahi dakwah tersebut. Dalam waktu yang tak begitu lama, Islam telah menjadi warna yang dominan di Madinah.
Ada lagi Umair bin Wahab, jagoan Quraisy yang tadinya paling getol memusuhi Islam dan penganutnya. Setelah masuk Islam, beliau bertekad mendakwahi ke seluruh wilayah yang beliau pernah injak dalam kekafiran, hingga dengan sebab dakwah beliau, akhirnya banyak orang-orang yang masuk Islam.
Di kalangan wanita, ada Ummu Syarik.
Keyakinannya yang dalam tentang kebenaran Islam membuat beliau tak mampu tinggal diam. Ia ingin hidayah itu juga dirasakan pula oleh keluarganya, tetangga dan juga sebanyak mungkin manusia. Beliau berdakwah dengan sembunyi-sembunyi , hingga akhirnya beliau ditangkap dan disiksa. Pun, hal itu tidak membuat beliau menyesal atau jera. Beliau dipanggang di tengah terik mentari selama tiga hari. Namun Allah memberikan pertolongan. Buah ketegaran beliau pun nyata. Kaumnya berbondong-bondong masuk Islam ketika menyaksikan karamah yang Allah berikan kepadanya. Mereka berkata, "Kami bersaksi bahwa Rabbmu adalah Rabb kami, dan kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rezeki kepadamu setelah kami menyiksamu adalah Rabb yang telah mensyariatkan Islam." Maka mereka pun masuk Islam dan semuanya turut berhijrah bersama Rasulullah. (al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah: VIII/248)
DI MANA PERANMU ?
Memang, semakin seseorang memiliki ilmu yang luas,
kepiawaian dalam banyak bidang, semakin banyak pula peran yang bisa di
sumbangkan untguk Islam. Hanya saja, untuk turut berperan andil untuk
memperjuangkan Islam tak harus menunggu semua serba sempurna. Kita bisa memulai
dari apa yang kita punya dan apa yang kita miliki, meskipun kelihatannya kecil
dan sepele. Sebab tak ada yang sepele di sisi Alloh. Selebihnya, menjadi tugas
kita untuk selalu belajar, mengembangkan potensi serta memperbaiki diri agar apa
yang kita sumbangkan untuk Islam lebih berarti.
Andil itu tak harus berupa mubaligh kondang, jago pidato,
pakar nulis atau semisalnya. Mengajak orang untuk mengikuti majelisilmu,
menyebarkan tulisan dan sarana kebaikan, mendidik keluarga dengan warna Islam,
mendoakan untuk kewibawaanIslam dan kaum muslimin, dan masih banyak lagi peran
yang bisa kita lakukan.
Saya terhenyak ketika membaca buku karya syaikh MahmudMahdi
al Istambuli dan Musthafa asy Syalabi yang berjudul Nisa’Haula ar-Rasuul. Buku itu tak hanya
bercerita terntang tokoh-tokoh wanita yang gemerlapan keahlian dan peran
besarnya. Tapi juga seorang wanita tua lemah, yang nyaris tak memiliki
keistimewaan apa-apa di sisi manusia, tapi ternyata Nabi sangat
memperhatikannya. Yang menarik juga, penulis memberi sub judul “Darsun Laa yunsa” , pelajaran tak terlupakan.
Namanya Ummu Mahjan. Seorang wanita tua yang
lemah, hitam kulitnya. Ia bukan termasuk kalangan cerdas cendekia, bukan pula
masuk golongan kaya raya. Pun begitu, Ia tetap ingin berkhidmat untuk Islam
sebisanya. Dengan tekun ia membersihkan masjid tiap harinya, tempat ibadah dan
berkumpulnya Nabi dan para sahabatnya. Sehingga mereka merasa nyaman di tempat
yang mulia itu. Ketika wanita itu meninggal dimalam hari, para sahabat langsung
menguburkannya dimalam itu, tanpa membangunkan dan memberitahukan peristiwa itu
kepada Nabi. Mungkin karena mereka anggap bahwa meninggalnya wanita itu bukan
hal yang begitu penting.
Pagi harinya, Nabi merasa kehilangan, setelah
mendapat informasi, beliau menegur para sahabat yang tidak memberitahukan
kejadian yang menurut Nabi penting itu. Beliau bersabda “Kenapa kalian tidak
memberitahukan hal itu kepadaku? “(HR.AN Nasai Al muwata).
Ternyata Nabi memberikan perhatian besar atas
usaha wanita tersebut dalam berkhidmat untuk Islam.
Masihkah ada di antara kita yang layak
menyatakan udzur dari berkhidmat untuk Islam, dengan alasan tidak memiliki
potensi? Tidak memiliki kemampuian apa-apa? Atau bahkan tidak memiliki cukup
waktu? Buktikan Islammu !!!
(artikel ini dikutip dari buku Muslim Hebat
karya Ust Abu Umar Abdillahterbitan Ar Risalah)
No comments:
Post a Comment