Bagi anda para suami, ada banyak cara syar’I untuk memikat hari istri. Bisa dengan berdandan setampan mungkin, memberikan hadiah, berbuat baik, atau membuat sebuah cara tertentu agar istri dapat jatuh di pelukan Anda dengan mudah.
Berikut ini sebuah kisah yang dibawa oleh Abul Farj bin Al-Jauzi.
Dia berkata,
”Seorang lelaki dari Bani Naufal bin Abdi Manaf bercerita kepadaku bahwa ketika ia mendapatkan sejumlah harta, lalu diam-diam ia menikah dengan wanita berkulit putih. Saat itu, ia memiliki seorang istri berkulit hitam yang bernama Ummu Mihjan.
Ummu Mihjan pun marah dan cemburu kepadanya. Lalu, ia menenangkan Ummu Mihjan seraya berkata,
’Wahai Ummu Mihjan, demi Allah, orang sepertiku tidaklah pantas dicemburui. Aku hanyalah seorang kakek-kakek. Orang sepertimu tidaklah pantas merasa cemburu, karena engkau hanyalah seorang nenek tua. Tidak ada orang yang lebih kumuliakan dan wajib kupenuhi hak-haknya daripada engkau. Untuk itu, izinkanlah pernikahan ini dan jangan perkeruh hubungan kita berdua,’
Dari perkataan itu, Ummu Mihjan pun akhirnya rela dan mengizinkannya.
Setelah itu, lelaki tadi bertanya kepada Ummu Mihjan,’Apakah engkau juga mengizinkan aku membawa istriku yang baru ke sini dan mengumpulkan kalian berdua? Sebab hal itu lebih baik untuk merekatkan pertalian keluarga dan mengyatukannya, serta lebih dapat menjauhkan dari saling tuduh dan mencela.’
Ummu Mihjan pun menjawab,’Ya, lakukanlah!’
Pria itu memberikan kepada istrinya uang satu dinar sambil berkata,
’Aku tidak ingin melihatmu miskin dan ia lebih utama dari dirimu. Untuk itu, bersiap-siaplah dengan uang itu untuk bertemu dengannya besok.’
Kemudian lelaki tersebut mendatangi istrinya yang baru dan berkata,
’Besok aku hendak mengumpulkanmu dengan Ummu Mihjan. Dia akan memuliakanmu, tapi aku tidak ingin ia mengalahkanmu. Untuk itu ambillah uang satu dinar ini, dan bersiaplah untuk bertemu dengannya esok hari, semoga kamu bukan orang yang miskin. Tapi, jangan kau ceritakan mengenai uang satu dinar ini!’
Setelah itu, lelaki tersebut mendatangi temannya untuk meminta nasihat dan pertimbangan. Ia berkata,
’Aku hendak mengumpulkan istriku yang baru dengan ummu Mihjan. Aku memintamu untuk datang ke rumahku dan mengucapkan salam. Aku akan memintamu untuk duduk dan makan siang bersama.
Selesai makan siang, bertanyalah kepadaku perihal istri yang paling kucintai di antara mereka berdua. Aku akan pura-pura menghindar dan berlagak tidak mau menjawab. Setelah ak menolak untuk memberitahukannya kepadamu, desaklah aku.’
Keesokan harinya, istrinya yang kedua berkunjung ke rumah Ummu Mihjan. Lalu temannya tadi lewat, dan lelaki dari Bani Naufal bin Abdi Manaf itu pun menyuruhnya untuk duduk.
Ketika keduanya sedang makan siang, ia berkata,
‘Wahai Abu Mihjan, siapa di antara kedua istrimu ini yang paling kau cintai?’ Ia menjawab,’Subhanallah, kenapa bertanya kepadaku tentang hal ini sementara mereka berdua sedang mendengarkan kita, dan sepertinya belum ada orang yang bertanya seperti ini padaku.”
Temannya berkata,
’Sungguh, kamu pasti akan memberitahukannya kepadaku dan aku tidak akan menerima alasan apa pun darimu.’ Lelaki itu berkata,’Jika boleh memilih, maka aku akan lebih mencintai istri yang hanya menerima uang satu dinar.
Sungguh, aku tidak aka menambahkannya sedikit pun. Lalu, kedua istrinya pun tertawa dengan hati yang berbunga-bunga karena mengira dirinyalah yang dimaksudkan oleh suaminya.”
No comments:
Post a Comment