Ibnul Qoyyim al Jauziyah : Akibat Berbuat Maksiat

Ada seorang ulama’ Ibnul Qoyyim al Jauziyah menjelaskan akibat berbuat maksiat pada Allah Ta’ala. Diantara akibat tersebut adalah :

1. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan

Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. 

Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi'i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata,


"Aku melihat Allah telah menyiratkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat. "

Ketahuilah bahwa islam ini adalah cahaya. Ia akan menerangi jalan menuju jannah-Nya Allah Ta’ala. Dan ketahuilah bahwa cahaya islam ini tidak akan masuk kedalam hati kita jika kemaksiatan masih menghiasi kehidupan kita.

Banyaknya pengajian yang kita hadiri, ceramah-ceramah dari pada da’i dan khotib yang kita dengarkan, akan tetapi banyak dari yang sulit untuk diserap dalam pikiran kita. Mungkin penyebabnya adalah maksiat.

Bagaimana tidak,
 telinga kita masih mendengarkan musik-musik jahiliyah. 
Mata kita masih menonton tayangan tayangan televisi yang jauh dari tuntunan islam. 
Serta anggota badan kita masih banyak melakukan dosa-dosa sehingga Allah belum memberikan ilmunya pada kita. 

2. Maksiat Menghalangi Rizki

Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkan ketakwaan berarti menimbulkan kefakiran.


عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

"Dari Tsauban berkata, bersabda Rasulullah sallallahu alaihiwasallam : Sesungguhnya seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)

Kita harus yakini bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rizki dan memudahkannya dan tidaklah mudah mendapatkan rizki Allah kecuali kita tinggalkan kemaksiatan dan janganlah kita penuhi jiwa kita tumbuh dengan hal-hal yang maksiat.

Kita juga harus membersihkan rizki kita dari barang-barang yang haram dan syubhat. Jauhkan dari riba, menipu, serta transaksi-transaksi yang dilarang dalam islam. Dan ingatlah bahwa satu suap yang didapat dari barang haram bisa menjadikan diri kita terjerumus kedalam neraka. Rasulullah sallallahu alaihiwasallam bersabda :

كُلُّ جَسَدٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
Setiap jasad yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih pantas baginya. [ HR. Tobroni, dan dishahihkan oleh al bani ].

3. Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah

Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa.”

4. Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang baik


Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, “Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku.”

5. Maksiat Menyulitkan Urusan

Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita.


Ibnu Abbas ra berkata, 
“Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk.”

No comments:

Post a Comment